Depresi pada lansia bukanlah hal baru di dalam dunia medis. Sebagai salah satu kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan mental, lansia memang harus ditangani dengan lebih hati-hati. Terutama bagi keluarga yang sedang merawatnya, juga dibutuhkan kesabaran dan komitmen dalam menanganinya.

Bagi Anda yang tinggal bersama orang tua, kakek atau nenek yang sudah berada di usia lanjut dan mengalami gejala depresi. Maka wajib mengetahui penyebab, cara penanganan, serta bagaimana cara mencegahnya agar tidak semakin parah di kemudian hari.

Penyebab Depresi pada Lansia

Penyebab depresi pada orang dengan usia tua bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Mulai dari masalah asupan vitamin, masalah tidur, perubahan hormon, penyakit kronis, hingga perasaan kehilangan. Semua penyebab tersebut bisa menyebabkan depresi bipolar pada lansia. Berikut daftar penyebabnya!

1. Kurangnya Asupan Vitamin B12

Kurangnya Asupan Vitamin B12

Kekurangan vitamin B12 pada lansia bisa terjadi karena berbagai alasan, termasuk penurunan dalam kemampuan tubuh untuk menyerap vitamin ini yang bisa terjadi seiring bertambahnya usia. Vitamin B12 sebagian besar ditemukan dalam makanan hewani, sementara lansia terkadang tidak mengonsumsinya.

Gejala kekurangan vitamin B12 bisa mencakup kelelahan, lemas, kesulitan berkonsentrasi, dan perubahan mood seperti depresi. Pada lansia, efek ini bisa lebih diperparah oleh faktor-faktor lain seperti isolasi sosial, kondisi kesehatan kronis, atau penggunaan obat-obatan tertentu.

2. Insomnia

Insomnia

Tidak bisa tidur memang biasa terjadi kepada siapa saja. Namun, apa hubungan depresi dengan insomnia pada lansia? Kurang tidur bisa menyebabkan perubahan dalam mood, penurunan energi, dan kesulitan dalam berkonsentrasi. Semua faktor ini bisa berkontribusi terhadap munculnya gejala depresi.

3. Perimenopause-Menopouse

Perimenopause-Menopouse

Depresi pada lansia sering diakibatkan oleh perubahan hormonal yang terjadi selama periode perimenopause hingga menopause, terutama pada wanita. Perimenopause adalah fase transisi sebelum menopause, biasanya dimulai pada usia 40-an.

Selama periode ini, terjadi fluktuasi hormon estrogen dan progesteron yang signifikan, yang dapat menyebabkan gejala seperti perubahan suasana hati, gangguan tidur, dan kecemasan. Perubahan hormonal ini dapat mempengaruhi neurotransmiter yang bertanggung jawab atas suasana hati.

4. Adanya Penyakit Kronik

Adanya Penyakit Kronik

Depresi lansia adalah masalah kesehatan mental yang cukup serius dan dapat sangat mempengaruhi kualitas hidup. Salah satu penyebab utama depresi dalam kelompok umur ini adalah adanya penyakit kronis. Misalnya, diabetes, penyakit jantung, stroke, hingga arthritis.

Dalam banyak kasus, kondisi-kondisi ini menyebabkan perubahan dramatis dalam gaya hidup. Perubahannya seperti membatasi mobilitas, mengurangi kemandirian, atau menyebabkan rasa sakit kronis. Kesemuanya ini bisa menyebabkan stres dan frustasi, lalu meningkatkan risiko depresi.

5. Rasa Kehilangan

Rasa Kehilangan

Lansia yang mengalami depresi sering kali dihubungkan dengan perasaan kehilangan yang mendalam, yang bisa menjadi salah satu penyebab utama kondisi ini dalam kelompok usia tersebut. Perasaan kehilangan ini bisa dalam berbagai bentuk dan dimensi.

Contohnya adalah seperti kehilangan pasangan hidup. Banyak lansia yang telah kehilangan pasangan, akan memiliki rasa kehilangan yang sangat menghancurkan, terutama jika pasangan tersebut adalah teman seumur hidup.

Cara Penanganan Depresi pada Lanjut Usia

Cara mencegah sekaligus tips mengatasi depresi pada lansia bisa sangat beragam, namun ada tiga pendekatan utama yang bisa Anda coba perhatikan untuk menangani depresi pada orang dengan usia lanjut. Di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Psikoterapi

Psikoterapi

Psikoterapi sering kali menjadi pilihan yang efektif untuk mengatasi perasaan kehilangan dan keputusasaan yang bisa mendasari depresi pada usia lanjut. Misalnya, terapi kelompok bisa memberikan dukungan dan kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain yang memiliki pengalaman serupa.

Terapi ini mendorong individu lansia untuk berbagi dan merefleksikan pengalaman hidup mereka, yang bisa meningkatkan rasa harga diri dan pemahaman diri. Selain terapi bicara, pendekatan holistik seperti kegiatan fisik, nutrisi sehat, dan meditasi juga bisa diintegrasikan untuk kesehatan mental lansia.

2. Bersosialisasi

Bersosialisasi

Penanganan depresi lansia melalui bersosialisasi merupakan salah satu metode efektif yang menekankan pentingnya hubungan manusia dalam proses penyembuhan. Lansia yang menderita depresi sering kali merasa terisolasi dan terputus dari dunia luar, sehingga harus kembali berinteraksi.

Menghadiri acara, berpartisipasi dalam grup hobi, mengunjungi teman dan keluarga, atau bahkan sekadar berinteraksi dengan tetangga dapat membantu dalam menstimulasi pikiran dan mengurangi perasaan kesepian. Bersosialisasi juga membantu dalam mengembalikan rasa percaya diri dan harga diri lansia.

Baca Juga: Depresi dalam Islam

3. Mengonsumsi Obat

Mengonsumsi Obat

Seorang psikiater atau dokter yang berpengalaman dalam merawat lansia yang depresi akan memeriksa riwayat kesehatan, interaksi obat, serta kebutuhan dan preferensi individu pasien. Obat depresi untuk lansia biasanya menggunakan obat antidepresan dengan dosis awal lebih rendah.

Pemantauan rutin juga sangat penting untuk menilai respons terhadap pengobatan dan melakukan penyesuaian jika diperlukan. Konseling dan dukungan dari keluarga juga sangat penting dalam proses ini, karena membantu dalam mengenali dan mengelola efek samping obat.

Baca Juga: Obat Depresi Tradisional

Cara Pencegahan Depresi pada Para Lansia

Pencegahan depresi pada lanjut usia haruslah dilakukan sedini mungkin agar tidak mengalami kesulitan di kemudian hari. Apalagi jika dampak depresi tersebut bisa merugikan orang lain yang ada di sekitarnya. Maka daripada itu, coba lakukan upaya preventif berikut ini!

1. Gaya Hidup Sehat

Gaya Hidup Sehat

Gaya hidup sehat meliputi makanan yang seimbang dan bergizi, olahraga teratur, tidur cukup, dan interaksi sosial yang positif. Lansia harus didorong untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan nutrisi, termasuk sayuran, buah, protein, dan lemak sehat, yang bisa mendukung fungsi otak yang optimal.

Selain itu, menghindari alkohol berlebih dan rokok, serta mengelola stres melalui teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga, juga bisa membantu. Gaya hidup sehat ini, ketika dipraktikkan secara konsisten, dapat berfungsi sebagai langkah pencegahan efektif terhadap depresi pada orang dengan usia lanjut.

2. Rutin Olahraga Ringan

Rutin Olahraga Ringan

Penelitian telah menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat memiliki efek positif terhadap suasana hati dan kesehatan mental, termasuk pada populasi lansia. Olahraga ringan seperti berjalan kaki, yoga, atau latihan peregangan dapat menjadi pilihan yang sangat baik.

Aktivitas ini tidak hanya memperkuat tubuh dan meningkatkan kesehatan fisik, tapi juga dapat mengurangi stres dan meningkatkan keseimbangan kimia otak yang berhubungan dengan perasaan bahagia. Tetapi, kegiatan tersebut harus didorong dan didukung oleh keluarga dan profesional kesehatan jika perlu.

Baca Juga: Sembuh dari Depresi Tanpa Obat

3. Dukungan Emosional

Dukungan Emosional

Mencegah depresi pada orang tua melalui dukungan emosional merupakan strategi yang penting dan efektif. Lansia seringkali merasa terisolasi atau terabaikan, terutama jika mereka kehilangan pasangan hidup atau teman-teman sebaya, atau jika keluarga jauh dan jarang berkunjung.

Dukungan keluarga dengan kejadian depresi pada lansia bisa dalam bentuk perhatian, empati, dan komunikasi terbuka bisa menjadi pencegahan kuat terhadap depresi. Misalnya, mendapatkan kunjungan rutin dari anggota keluarga, berpartisipasi dalam aktivitas sosial, atau komunitas lansia.

Bahkan panggilan telepon atau pesan dari keluarga atau teman dekat bisa membuat perbedaan yang signifikan dalam perasaan lansia yang depresi. Lansia akhirnya memiliki kesempatan untuk berbicara tentang perasaan, kekhawatiran, atau sekadar berbagi cerita.

Penyebab depresi pada lansia tidak terbatas dari satu faktor saja. Bisa jadi ada banyak latar belakang yang menyertainya. Begitu pula dengan cara mengatasi sekaligus pencegahannya. Baik itu pertolongan profesional hingga dukungan emosional dari keluarga tetaplah dibutuhkan.

Bagikan:
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x