Prinsip dasar psikologi adalah kumpulan konsep yang menjadi landasan terbentuknya berbagai teori dan praktik dalam psikologi.

Penting sekali untuk belajar prinsip dasar psikologi sebagai dasar keilmuan dalam memahami lebih dalam mengenai psikologi.

Pengertian psikologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana perilaku dan proses mental manusia. Ada banyak prinsip dasar dalam psikologi yang dapat mempengaruhi bagaimana orang bisa berpikir, merasa, dan melakukan suatu tindakan.

Berikut ini telah Kami rangkum beberapa prinsip dasar psikologi yang perlu teman-teman ketahui yaitu:

1. Pengalaman

Pengalaman seseorang dapat mempengaruhi bagaimana mereka bereaksi atau bertindak terhadap situasi yang terjadi. Situasi ini tentunya dapat berbeda dan berubah sesuai dengan keadaan.

Misalnya, seseorang yang pernah mengalami kecelakaan mobil mungkin akan mengalami trauma sehingga akan menjadi lebih takut mengemudi setelah kejadian tersebut.

Secara umum perilaku manusia dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu internal dan eksternal. Faktor internal termasuk emosi, motivasi, dan persepsi terhadap segala sesuatu, sedangkan faktor eksternal termasuk lingkungan, sosial, dan situasi yang terjadi.

Dalam hal ini penting menerapkan konsep hidup dengan menggunakan prinsip stoikisme. Stoikisme mengajarkan setiap individu untuk dapat perspektif mereka terhadap faktor internal dan external. Sehingga mereka bisa menjalani hidup dengan jauh lebih bahagia. Yuk belajar lebih lengkap tentang stoikisme pada artikel berikut: Penjelasan Lengkap Stokisme.

Perlu teman-teman ketahui juga bahwa perilaku manusia pada dasarnya bisa diprediksi dan dijelaskan dengan menggunakan berbagai teori psikologi.

2. Motivasi

Perilaku setiap manusia dapat dipengaruhi oleh motivasi yang muncul didalam diri mereka.

Motivasi adalah salah satu faktor yang bisa mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Misalnya, seseorang mungkin bekerja keras untuk mendapatkan uang, karena merasa terdorong untuk memenuhi kebutuhan finansial mereka.

Perilaku manusia juga bervariasi dari individu ke individu dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor selain motivasi, seperti kepribadian, latar belakang, dan juga pengalaman seperti yang telah dibahas diatas.

Prinsip Dasar untuk Meningkatkan Motivasi

Psikologi dapat membantu kita memahami bagaimana motivasi bekerja dan bagaimana kita dapat mengembangkan motivasi yang jauh lebih kuat. Berikut ini adalah beberapa prinsip dasar yang dapat membantu meningkatkan motivasi:

1. Masalah atau Tujuan

Memiliki tujuan atau masalah yang jelas dapat membantu seseorang dalam meningkatkan motivasi mereka. Hal ini karena dengan adanya masalah atau tujuan yang jelas dapat memberikan arah dan motivasi untuk menjalani hidup dengna lebih baik.

2. Kemampuan

Prinsip dasar motivasi selanjutnya yaitu mencapai tujuan atau menyelesaikan masalah yang jelas sesuati dengan kemampuan kita. Jadi, memperbaiki kemampuan dan keterampilan kita dapat membantu meningkatkan motivasi.

3. Kontrol

Memiliki kontrol atas apa yang kita lakukan dapat membantu meningkatkan motivasi. Penyebabnya adalah karena kontrol dapat memberikan rasa tanggung jawab dan pengalaman agar lebih termotivasi dalam menjalani hidup.

4. Keberhasilan

Merasakan keberhasilan dapat membantu meningkatkan motivasi karena memberikan rasa percaya diri dan meningkatkan keinginan untuk terus belajar dan berkembang. Namun penting untuk menjaga keseimbangan dalam percaya diri, sehingga tidak berlebihan. Karena terlalu berlebihan dalam percaya diri dapat menyebabkan muncul sifat sombong dan cenderung meremehkan apapun.

5. Dukungan

Mendapat dukungan dari orang lain dapat membantu meningkatkan motivasi karena memberikan rasa diakui dan dihargai.

6. Relevansi

Memahami mengapa sesuatu itu penting bagi kita dapat membantu meningkatkan motivasi karena memberikan alasan yang kuat untuk terus berusaha.

7. Kepuasan

Merasa puas dengan apa yang kita lakukan dapat membantu meningkatkan motivasi karena memberikan rasa nyaman dan menyenangkan dalam menjalani hidup.

Dengan memahami prinsip dasar ini, kita dapat mengembangkan strategi untuk meningkatkan motivasi kita dan mencapai tujuan yang kita inginkan.

3. Sikap

Perilaku dapat dipengaruhi oleh sikap suatu individu. Sikap adalah cara seseorang menanggapi sesuatu secara emosional dan intelektual. Misalnya, seseorang yang memiliki sikap negatif terhadap suatu produk mungkin tidak akan tertarik untuk membelinya.

Selama proses belajar, setiap individu akan mengubah cara berpikir, merasa, dan bertindak. Hal tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap cara berperilaku berdasarkan sikap setiap individu.

Sikap juga merupakan evaluasi subjektif yang seseorang miliki terhadap suatu ide atau objek tertentu. Sikap dapat terbentuk melalui pengetahuan, pengalaman, dan juga pembelajaran yang dimiliki oleh individu. Selain itu sikap juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal.

Komponen Sikap dalam Psikologi

Ada tiga komponen utama sikap dalam psikologi, yaitu:

  1. Afek (emosi atau perasaan) ini berlaku terhadap suatu objek, seperti: suka atau tidak suka.
  2. Kognisi (pemikiran atau pandangan) tentang objek tersebut, seperti pendapat atau kepercayaan.
  3. Perilaku (tindakan) yang sesuai dengan sikap tersebut, seperti menolak atau mendukung.

Sikap dapat mempengaruhi perilaku setiap individu. Ini karena sikap memainkan peran penting dalam membentuk tingkah laku manusia secara konsisten.

Peneliti telah menemukan bahwa sikap terhadap suatu objek atau ide dapat memprediksi dengan cukup akurat tindakan yang akan dilakukan oleh individu tersebut terhadap suatu objek.

Akan tetapi, sikap tidak selalu menentukan tindakan individu secara pasti, karena ada banyak faktor lain yang bisa mempengaruhi tingkah laku individu.

4. Kepercayaan Diri

Definisi dari kepercayaan diri adalah suatu perasaan yang muncul pada setiap individu mengenai kemampuan yang ada didalam diri mereka.

Kepercayaan diri merupakan prinsip dasar dalam psikologi yang dapat mempengaruhi bagaimana orang berpikir, merasa, dan bertindak.

Baca Juga: Cara Meningkatkan Kepercayaan Diri Menurut Psikologi

Orang-orang yang memiliki kepercayaan diri tinggi cenderung lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan baru. Sehingga akan lebih mungkin untuk bisa mencapai tujuan mereka.

Selain itu kepercayaan diri dapat dibangun melalui pengalaman positif, misalnya dengan mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau mendapat pujian dari orang lain.

Dalam hal ini kepercayaan diri juga dapat ditingkatkan melalui latihan atau pelatihan. Misalnya dengan belajar berbagai teknik baru atau meningkatkan kemampuan yang sudah ada.

Kepercayaan diri juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, seperti sikap dan persepsi seseorang terhadap diri sendiri, serta lingkungan dan pengalaman mereka. Orang-orang yang merasa diri mereka diakui dan dihargai oleh orang lain akan lebih cenderung memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

Meningkatkan kepercayaan diri dapat membantu seseorang untuk meningkatkan kinerja mereka, menghadapi tantangan baru dengan jauh lebih percaya diri, dan merasa lebih mengenal diri mereka dengan baik.

Akan tetapi, kepercayaan diri yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan seseorang menjadi terlalu sombong atau menyepelekan orang lain. Alhasil penting untuk menjaga keseimbangan dalam kepercayaan diri.

5. Konformitas

Singkatnya konformitas adalah kecenderungan seseorang untuk mengikuti bebagai sosial dan kebiasaan orang lain.

Pengertian konformitas adalah suatu proses di mana individu menyesuaikan perilaku, tingkah laku, atau pendapatnya dengan berbagai sosial yang diterima oleh kelompok masyarakat yang berada di tempat individu tersebut.

Misalnya, seseorang mungkin berpakaian sesuai dengan mode yang sedang populer saat ini (kekinian) karena merasa terdorong untuk mengikuti kebiasaan orang lain. Sehingga jika anggapan mereka adalah jika ikut menggunakan pakaian tersebut maka mereka akan dianggap keren, padahal mungkin sebenarnya tidak juga.

Konformitas dapat terjadi secara sadar atau tidak sadar, dan dapat terjadi baik secara verbal maupun nonverbal.

Jenis Konformitas dalam Psikologi

Didalam ilmu psikologi mengenal beberapa jenis konformitas, yaitu:

  1. Konformitas informatif: individu mengikuti norma suatu kelompok karena ingin memperoleh informasi yang akurat dan benar.
  2. Konformitas normatif: individu mengikuti norma kelompok karena ingin mendapat pengakuan atau diterima oleh kelompok tersebut.
  3. Konformitas internal: individu benar-benar meyakini norma kelompok dan merasa andil secara emosional dengan kelompok tersebut.

Konformitas dapat terjadi pada semua tingkatan kelompok, mulai dari kelompok kecil seperti keluarga hingga kelompok besar seperti masyarakat.

Ada banyak efek positif dari Konformitas, seperti membantu individu merasa terhubung dengan kelompok dan memperkuat rasa solidaritas. Akan tetapi ada juga efek negatif yang dapat ditimbulkan, seperti mengurangi kritik terhadap kelompok dan menghambat individualitas.

6. Pembelajaran

Pembelajaran dapat mempengaruhi setiap individu dalam berperilaku. Definisi dari pembelajaran adalah suatu proses mengubah perilaku seseorang melalui pengalaman.

Misalnya, seseorang yang belajar mengemudi akan terus belajar dan memperbaiki kemampuan mereka setelah mengalami beberapa kecelakaan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa ada juga orang yang akan trauma dengan pengalaman buruk yang mereka alami.

Semua hasil dari pembelajaran tergantung dari bagaimana perspektif mereka terhadap pengalaman tersebut. Mau menganggapnya sebagai sekedar musibah atau pembelajaran diri.

Prinsip Pembelajaran dalam Psikologi

Prinsip-prinsip pembelajaran adalah aturan yang menjelaskan bagaimana individu memperoleh, menyimpan, dan menggunakan pengetahuan baru.

Berikut adalah beberapa prinsip pembelajaran yang penting dalam psikologi:

1. Relevansi

Pada prinsip ini individu cenderung belajar lebih efektif jika materi yang dipelajari memiliki relevansi dengan kehidupan sehari-hari atau minat individu tersebut.

2. Keterlibatan

Individu akan cenderung belajar jauh lebih efektif jika mereka terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, seperti dengan mencoba sendiri atau bertanya kepada guru.

3. Pengulangan

Setiap individu cenderung belajar lebih efektif jika materi yang dipelajari diulang beberapa kali dan dibahas dalam beberapa konteks yang berbeda. Sehingga mereka akan lebih termotivasi untuk belajar.

4. Belajar dengan Contoh

Belajar dengan contoh akan membuat individu cenderung belajar lebih efektif karena mereka memiliki contoh yang jelas untuk diikuti atau dijadikan acuan.

5. Belajar dengan Memberi Makna

Prinsip belajar dengan memberi makna akan membuat individu cenderung belajar lebih efektif karena mereka dapat menemukan makna pribadi dari materi yang dipelajari.

6. Kesempatan Sebagai Pembelajaran

Dengan mempunyai kesempatan untuk mencoba dan mempraktikan apa yang dipelajari akan membuat individu cenderung belajar jauh lebih efektif.

7. Kondisioning Klasik

Singkatnya kondisioning klasik merupakan proses membelajarkan perilaku baru melalui asosiasi dengan menggunaakn stimulus tertentu.

Definisi kondisioning klasik adalah salah satu teori yang dikembangkan dalam psikologi yang menjelaskan bagaimana setiap individu dapat mempelajari respon baru melalui pengalaman.

Gambar Ivan Pavlov, fisiologi dan dokter asal rusia tengah

Teori ini mulanya dikembangkan oleh Ivan Pavlov, seorang fisolog dan dokter asal Rusia, yang menemukan bahwa anjing-anjingnya akan mengeluarkan respon fisiologis (seperti: mengeluarkan air liur) saat mereka mendengar atau sesuatu yang berhubungan dengan makanan.

Pavlov juga menyebut bahwa respon ini sebagai “Classical Conditioning” karena terjadi setelah individu mempelajari bahwa sesuatu telah terkait dengan makanan. Dibawah ini gambar ilustrasi dari teori classical conditioning Ivan Pavlov:

Gambar llustrasi Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Gambar Ilustrasi Classical Conditioning Ivan Pavlov, sumber: Verywell / Joshua Seong

Kondisioning klasik sendiri mengandalkan pada asosiasi yang dibuat antara stimulus yang tidak menyebabkan respon yang dikenal sebagai stimulus “tidak bermakna” atau “neutral” dengan stimulus. Hal ini menyebabkan respon yang dikenal sebagai stimulus “mengandung makna” atau “ucapan”.

Apabila stimulus “tidak bermakna” secara terus-menerus dikaitkan dengan stimulus “mengandung makna”, maka setiap individu akan mulai mengeluarkan respon yang sama terhadap stimulus “tidak bermakna” seperti yang ia lakukan terhadap stimulus “mengandung makna”. Kondisi ini disebut dengan “kondisioning” atau dalam istilah bahasa inggrisnya “conditioning“.

Teori Classical Conditioning juga relate dengan ungkapan yang bunyinya:

Your favorite song is probably your favorite because you associate it

Penjelasan singkatnya adalah: lagu yang menjadi favorit Kamu saat ini adalah lagu yang kemungkinan liriknya sesuai dengan peristiwa atau kondisi emosional yang sedang atau telah terjadi di hidupmu. Penjelasan lengkapnya bisa Kamu baca di artikel berikut: Classical Conditioning by Ivan Pavlov.

Contoh Classic Conditioning

Contoh sederhana dari kondisioning klasik adalah ketika seseorang mendengar suara bel pada saat jam makan siang, dan setelah beberapa kali mendengar suara bel tersebut selama jam makan siang, ia mulai merasa lapar ketika mendengar suara bel tersebut dibunyikan.

Meskipun tidak ada makanan di depannya, ia akan tetap merasa lapar. Suara bel telah menjadi stimulus “tidak bermakna” yang telah dikondisionalkan untuk menyebabkan respon lapar yang dirasakan oleh individu tersebut.

Bagaimana? sudah paham belum nih apa saja prinsip dasar psikologi yang telah dibahas diatas. Kami ucapkan terimakasih banyak ya udah mau baca artikel ini sampai habis, jangan lupa baca artikel lainnya juga ya. See you in the next article!

Bagikan:
5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x