Depresi post partum adalah jenis depresi yang dialami oleh para perempuan pasca melahirkan. Berbeda dengan zaman dahulu dimana masyarakat belum punya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, saat ini masalah mental telah menjadi bagian dari diskusi yang harus diketahui banyak orang.

Apalagi jika Anda seorang suami, kerabat, atau teman dari seseorang yang mengalami gejala-gejala depresi postpartum. Anda mungkin berusaha untuk memahami lebih lanjut tentang postpartum depression itu apa? Apa saja penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya?

Oleh karena itu, simak selengkapnya penjelasan mengenai depresi postpartum mulai dari pengertian depresi postpartum, macam-macam gejala, hingga cara penanganan. Bacalah dengan teliti agar Anda tidak melewatkan informasi penting apapun!

Pengertian Depresi Postpartum

Depresi post partum adalah gangguan mood yang dapat menimpa perempuan setelah melahirkan. Meskipun banyak ibu baru mengalami perubahan mood dan kelelahan setelah melahirkan, depresi postpartum jauh lebih serius dan dapat mempengaruhi kemampuan ibu untuk merawat bayi.

Tidak heran jika depresi postpartum dan baby blues sering dikaitkan satu sama selain. Sebab, gejala depresi postpartum biasanya mencakup perasaan sedih yang berkepanjangan, kecemasan berlebihan, perubahan nafsu makan, insomnia, perasaan tidak berharga, kesulitan hingga ingin bunuh diri.

Depresi postpartum bisa terjadi karena perubahan hormonal, faktor genetik, riwayat depresi, dan stres yang telah terakumulasi. Faktor eksternal seperti kurangnya dukungan dari pasangan, kekhawatiran finansial, dan tekanan dalam merawat bayi juga dapat berperan.

Gejala Depresi Postpartum

Gejala Depresi Postpartum

Gejala postpartum depression dapat dikenali dengan adanya perubahan-perubahan kecil hingga besar dalam diri seorang ibu yang baru saja melahirkan. Ibu post partum dengan depresi umumnya akan mengalami gejala-gejala sebagai berikut:

1. Gangguan Mood

Gangguan mood dalam konteks depresi postpartum adalah perubahan emosi yang signifikan dan berlarut-larut yang bisa mempengaruhi seorang ibu dalam berinteraksi dengan bayinya dan orang lain di sekitarnya. Perubahan mood ini bisa meliputi perasaan sedih yang mendalam, rasa putus asa dan ketidakberdayaan.

Gangguan mood yang terkait dengan depresi postpartum bukanlah sesuatu yang harus diabaikan atau dianggap sebagai “baby blues” biasa. Depresi post partum adalah kondisi serius yang memerlukan perhatian dan intervensi dari profesional agar dapat pulih sepenuhnya dari depresi.

2. Tidak Bisa Konsentrasi

Seorang ibu dengan gejala postpartum berupa sulit konsentrasi ini biasanya akan sangat kerepotan dalam mengurus banyak hal. Kesulitan dalam fokus atau konsentrasi bukan hanya sesaat, tetapi berlarut-larut, dan bisa sangat mengganggu dalam menjalankan tugas merawat anak, rumah, dan lainnya.

3. Gangguan Tidur

Memiliki bayi yang masih menyusui adalah tantangan tersendiri bagi seorang ibu. Apalagi jika harus begadang untuk menyusui. Akan tetapi, perlu diingat bahwa salah satu gejala depresi postpartum termasuk kesulitan dalam beristirahat di malam hari atau tidur.

Depresi postpartum adalah gangguan mood yang bisa menyerang ibu setelah melahirkan, dan salah satu ciri khasnya adalah perubahan dalam pola tidur. Terkadang, seorang ibu mungkin merasa terjaga sepanjang malam atau merasa terlalu lelah tetapi tidak dapat tidur dengan nyenyak.

4. Gangguan Makan

Gangguan makan ini bukanlah sekadar perubahan selera makan biasa yang mungkin terjadi setelah melahirkan. Tetapi lebih dari itu, bahkan bisa menjadi pertanda masalah lain karena akan menimbulkan perasaan sedih, stres, atau kecemasan berlebihan, yang semuanya bisa menjadi gejala depresi.

Mengalami gangguan makan ini bisa berdampak negatif terhadap kesehatan fisik seorang ibu, termasuk nutrisi dan energi yang diperlukan untuk merawat bayinya. Oleh karenanya, jangan sepelekan gejala gangguan makan ini karena nutrisi ibu dan bayi harus tetap terpenuhi.

5. Isolasi Diri

Gejala depresi postpartum bisa beragam dan terkadang sulit untuk dikenali, terutama jika seorang ibu baru berusaha menyembunyikan perasaannya. Gejala depresi post partum adalah adanya keinginan untuk melakukan isolasi diri.

Dalam kondisi ini, ibu mungkin menarik diri dari teman-teman dan keluarga, bahkan dari pasangan dan anak-anaknya. Dia mungkin merasa terlalu lelah atau kewalahan untuk berinteraksi dengan orang lain, atau merasa malu atau bersalah atas perasaannya.

Isolasi ini bisa semakin memperparah perasaan kesepian, putus asa, dan depresi. Isolasi diri tidak hanya mempengaruhi ibu yang menderita depresi postpartum, tetapi juga dapat berdampak pada seluruh keluarga. Apalagi jika pasangan tidak memiliki keinginan untuk memahami istrinya.

Baca Juga: Depresi Ringan Sedang Berat

Penyebab Depresi Postpartum

Penyebab Depresi Postpartum

Gejala depresi postpartum adalah serangkaian tanda yang bisa dikenali baik secara fisik maupun nonfisik pada diri seorang perempuan. Namun, gejala-gejala tersebut tidak terjadi tanpa alasan. Ada banyak sekali faktor yang bisa melatarbelakangi mengapa perempuan mengalami depresi postpartum pasca melahirkan.

Demi mengurai penyebab depresi secara lengkap, artikel ini telah mengumpulkan faktor penyebab terjadinya depresi postpartum pada perempuan. Adapun faktor penyebab depresi postpartum adalah sebagai berikut:

1. Masalah Perubahan Fisik

Perempuan yang sedang hamil hingga baru melahirkan biasanya punya masalah dengan berat badan. Perubahan fisik ini tidak jarang membebani para ibu yang semula langsing dan ramping menjadi gemuk karena hamil. Masalah seperti adanya bekas jahitan, stretch mark, dan lainnya juga bisa memusingkan.

Meskipun terkesan tidak penting, perubahan fisik pada perempuan ini sangatlah serius jika sampai memunculkan perasaan sedih berkepanjangan. Apalagi jika berat badan tidak kunjung ideal seperti semula saat sebelum hamil dan melahirkan.

2 Masalah Psikis

Masalah psikis dalam konteks depresi postpartum bisa mencakup stres akibat perubahan peran dan tanggung jawab sebagai ibu baru. Tekanan dari harapan diri atau orang lain mengenai peran sebagai ibu, atau mungkin trauma yang berkaitan dengan pengalaman persalinan itu sendiri.

Adanya kekhawatiran tentang kesehatan dan perawatan bayi, perubahan dalam hubungan dengan pasangan, atau perasaan terisolasi dan tidak didukung juga bisa menjadi sumber stres. Oleh karena itu, mengenali dan mengatasi masalah psikis yang mendasari adalah langkah krusial dalam atasi depresi.

3. Kesulitan Memberikan ASI

Ketidakmampuan dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayi bisa menyebabkan perasaan stres bagi seorang ibu yang baru melahirkan. Situasi ini jika dibiarkan berlarut-larut bisa mengganggu keseimbangan emosional ibu, dan malah berpengaruh negatif terhadap produksi ASI itu sendiri.

Hal ini menciptakan siklus yang buruk di mana stres yang terus meningkat bisa memperburuk situasi, menyebabkan tekanan emosi yang semakin besar. Dalam beberapa kasus, stres ini bisa menjadi begitu menghancurkan sehingga berkembang menjadi depresi.

Kondisi ini lebih dari sekedar perasaan sedih atau cemas, depresi pada seorang ibu termasuk gangguan kesehatan mental serius yang perlu diatasi dengan pendekatan tepat. Apalagi jika sampai berpengaruh pada kesehatan bayinya.

4. Persoalan Citra Diri

Perubahan bentuk tubuh, penambahan berat badan, bekas-bekas yang mungkin timbul akibat proses persalinan dan menjadi perasaan tidak puas dengan penampilan. Bagi beberapa ibu, perubahan ini bisa menimbulkan perasaan tidak menarik atau kurang percaya diri, terutama jika sibuk membandingkan diri.

Perasaan ini bisa menjadi sangat kuat sehingga berdampak pada emosi dan kesehatan mental seorang ibu, dan bisa menjadi faktor risiko atau memperparah depresi postpartum. Dalam konteks ini, dukungan dari pasangan, keluarga, dan teman-teman dapat sangat membantu membangun kepercayaan diri.

5. Ada Riwayat Depresi

Salah satu faktor yang teridentifikasi sebagai penyebab depresi post partum adalah adanya riwayat depresi sebelumnya dalam kehidupan seseorang. Jika seorang wanita pernah mengalami depresi sebelumnya atau selama kehamilan, risikonya untuk depresi postpartum bisa meningkat.

Riwayat keluarga depresi atau gangguan mood lainnya juga dapat berkontribusi pada risiko ini. Dokter atau profesional kesehatan mental lainnya mungkin akan mengeksplorasi riwayat medis lengkap dan riwayat depresi sebelumnya ketika mengevaluasi seorang ibu yang mungkin mengalami depresi postpartum.

Baca Juga: Pengobatan Gangguan Depresi Mayor

Cara Penanganan Depresi Postpartum

Depresi postpartum adalah kondisi medis serius yang membutuhkan bantuan profesional hingga orang terdekat. Entah dari keluarga, teman, terapi bicara, dan dukungan dari kelompok pendukung lainnya dapat sangat membantu dalam proses penyembuhan. Lebih lengkapnya, berikut cara atasi depresi postpartum:

1. Konsumsi Antidepresan

Konsumsi Antidepresan

Postpartum depression adalah sebuah indikasi medis yang apabila sudah berada dalam level tertentu harus mendatangi profesional agar bisa diresepkan obat. Obat yang dimaksud adalah antidepresan yang umumnya digunakan untuk menenangkan para penderita depresi sedang hingga berat.

Antidepresan memang dirancang untuk mengatur kimia otak yang mempengaruhi suasana hati dan perasaan. Obat ini bisa membantu menenangkan dengan mengurangi gejala. Pada kasus tertentu, antidepresan harus terus dikonsumsi dalam jangka waktu yang tidak dapat ditentukan.

2. Psikoterapi

Psikoterapi

Psikoterapi sering disebut juga sebagai terapi bicara, yaitu pendekatan yang melibatkan dialog antara seorang profesional dan individu yang mengalami depresi postpartum. Terapis akan membantu pasien mengidentifikasi emosi, pikiran, dan perilaku, serta mengembangkan strategi penyembuhan.

Dalam psikoterapi, ibu yang menderita depresi postpartum dapat belajar cara mengelola stres, mengembangkan keterampilan penyelesaian masalah, Begitu juga dengan memahami bagaimana depresi postpartum mempengaruhi hidup mereka.

3. Istirahat yang Cukup

Istirahat yang Cukup

Depresi postpartum atau PP depresi ini bisa mempengaruhi kualitas tidur seorang ibu, yang berpotensi memperburuk gejalanya. Oleh karena itu, istirahat yang cukup adalah kunci dalam proses penyembuhan. Istirahat yang cukup juga berdampak positif pada keseimbangan emosional.

Selain itu, dukungan dari pasangan, keluarga, dan teman adalah faktor yang sangat penting dalam proses pemulihan ini . Dukungan emosional dapat memberikan rasa aman, mengurangi stres, dan membantu ibu dalam mengatasi perasaan sedih atau cemas yang mungkin dialaminya.

4. Konsumsi Omega-3

Konsumsi Omega-3

Salah satu cara yang dapat membantu dalam mengatasi depresi post partum adalah dengan mengonsumsi asam lemak omega-3. Omega-3 ini terdapat dalam makanan seperti ikan berlemak, kenari, dan beberapa suplemen omega-3 lainnya.

Beberapa studi menunjukkan bahwa asam lemak ini dapat berperan dalam menurunkan peradangan dan membantu dalam regulasi neurotransmitter yang mempengaruhi perasaan seseorang. Dalam konteks depresi postpartum, omega-3 dapat membantu menyeimbangkan perasaan dan mengurangi gejala.

Baca Juga: Terapi CBT untuk Depresi

Setelah mengenal apa itu postpartum depression, Anda akan mengetahui bahwa depresi post partum adalah kondisi yang terkadang tidak dapat dihindari oleh para perempuan pasca melahirkan. Apalagi jika tidak mendapatkan dukungan emosional dari orang-orang paling dekat.

Oleh sebab itu, selain daripada bantuan medis dari profesional yang ahli di bidang kesehatan mental, pihak pasangan dan orang terdekat harus saling memberikan motivasi. Hal ini bertujuan agar proses pemulihan bisa berjalan dengan baik dan seimbang. Baik itu dari sisi medis dan motivasi internal dari penderitanya.

Bagikan:
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x