Depresi pada remaja sangat mengkhawatirkan karena berdasarkan kasus-kasus yang sudah terjadi, sebagian besar berakhir pada tindak bunuh diri atau self harm. Sebelum terlanjur, sebaiknya kenali jenis, gejala, dan apa saja penyebabnya.

Sebenarnya pembahasan seperti ini tidak hanya perlu diketahui oleh remaja saja tetapi juga orang tua dan tenaga pendidik. Sebab, ada kemungkinan penyebab mental remaja terserang karena persoalan di rumah atau di sekolah.

Baca juga: Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder)

Jenis-Jenis Depresi pada Remaja

Pada dasarnya, depresi merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan seseorang merasa sedih dan kehilangan minat pada hal-hal yang sebelumnya mereka senangi. Seringkali penderitanya akan mengalami gangguan tidur, kesulitan berpikir, mengingat sesuatu, ataupun makan.

Penyebab depresi pada remaja sendiri ada banyak, misalnya akibat perceraian orang tua, dikhianati teman ataupun kekasih, mendapatkan perlakukan kurang baik di sekolah seperti halnya tindak bullying, dan pernah mengalami pelecehan seksual.

Pada perkembangannya, depresi dibedakan menjadi beberapa jenis yang masing-masingnya memiliki cara tersendiri untuk perawatannya. Berikut penjelasannya:

1. Depresi Klinis (Gangguan Depresi Mayor)

Orang yang mengalami masalah depresi klinis biasanya akan ditandai dengan  merasa sedih, rendah diri, atau merasa dirinya tidak berharga. Perasaan tersebut akan dialami hampir
setiap hari selama setidaknya dua minggu.

Gejala lain yang biasanya menyerang berupa masalah tidur, kehilangan minat dalam aktivitas, dan perubahan nafsu makan. Gangguan ini merupakan bentuk depresi yang sering dialami oleh masyarakat.

2. Gangguan Depresi Persisten (PDD)

Jenis depresi ini termasuk yang ringan dalam tingkatan sedang. Biasanya berlangsung setidaknya selama dua tahun. Kabar baiknya, gejalanya tidak separah gangguan depresi mayor.

Hanya saja jika tanpa penanganan yang tepat, kondisi penderitanya bisa semakin parah. Di dunia kesehatan, penyedia layanan kesehatan biasa menyebutnya PDD dysthymia.

3. Disruptive Mood Dysregulation Disorder (DMDD)

Gangguan ini biasanya terjadi pada masa kanak-kanak yang menyebabkan iritabilitas kronis dan intens. Ledakan emosi tidak sesuai dengan situasi yang dapat diobati dengan psikoterapi dan/ atau obat-obatan.

Pada masa kanak-kanan memang wajar mengalami ledakan emosi, akan tetapi penderita DMDD responnya jauh lebih parah dan terjadi dalam jangka waktu lama. Anak bisa divonis mengalami DMDD apabila gejalanya muncul sebelum usia 10 tahun.

4. Gangguan Dysphoric Pramenstruasi (PMDD)

Disebut-sebut orang dengan gangguan dysphoric pramenstruasi (PMDD) akan mengalami gejala kembung, sakit kepala, dan nyeri payudara. Seringkali terjadi pada minggu-minggu sebelum menstruasi.
Pada kondisi yang parah, PMDD dapat memicu munculnya kecemasan, depresi, dan perubahan suasana hati yang parah. Kondisi PMDD disebut lebih parah dibandingkan dengan sindrom pramenstruasi (PMS).

Gejala-Gejala Depresi yang Sering Dialami Remaja

Gejala depresi pada remaja, Foto oleh Total Shape di Unsplash

Seorang yang mengalami depresi akan menunjukkan beberapa gejala. Ada baiknya untuk memahami apa saja gejalanya, namun jangan sampai melakukan self diagnosis. Apabila ciri-ciri yang disebutkan ada dirimu, langsung konsultasikan ke layanan kesehatan mental.

Gejala depresi setiap orang bisa saja sedikit berbeda, tergantung pada jenisnya dan tingkat keparahannya. Secara umum, gejalanya meliputi:

  • Seorang yang depresi seringkali merasa sangat sedih, putus asa, atau khawatir. Sedangkan yang sering dialami anak-anak dan remaja kemungkinan lebih mudah tersinggung.
  • Tidak mampu menikmati hal-hal yang dulunya mendatangkan kebahagiaan baik jalan-jalan, berkumpul bersama keluarga, atau menjalankan hobi.
  • Menjadi mudah tersinggung atau frustrasi.
  • Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan atau penurunan berat badan secara drastis.
  • Sulit tidur (insomnia) atau terlalu banyak tidur (hipersomnia).
  • Memiliki energi rendah sehingga mudah merasa kelelahan.
  • Menjadi sulit untuk berkonsentrasi, membuat keputusan atau mengingat sesuatu.
  • Mengalami masalah fisik seperti sakit kepala, sakit perut atau disfungsi seksual.
  • Memiliki pikiran untuk melakukan self harm hingga bunuh diri.

Penyebab Mengapa Depresi Bisa Muncul

Setelah mengetahui gejala-gejala depresi, hal yang perlu kamu ketahui selanjutnya adalah
mengenai penyebabnya. Siapa sangka salah satu penyebabnya adalah faktor keturunan atau genetik. Penjelasan lebih lengkapnya sebagai berikut:

  • Kimia otak: Ketidakseimbangan neurotransmiter termasuk serotonin dan dopamin disebut-sebut berkontribusi menjadi penyebab depresi.
  • Genetika: Seorang yang memiliki kerabat tingkat pertama, bisa orang tua atau saudara kandung dengan gangguan mental depresi, maka kemungkinan mengalami depresi tiga kali lebih besar. 
  • Peristiwa hidup yang penuh tekanan: Pengalaman sulit yang terjadi dalam hidup seperti kematian orang yang dicintai, trauma, perceraian, isolasi, bullying, dan kurangnya dukungan sangat berpengaruh pada kesehatan mental. 
  • Kondisi medis: Menderita penyakit tertentu atau mengalami kecelakaan rentan membuat seseorang merasa sangat sedih. Hasilnya lambat-laun menumbuhkan penyakit mental berupa depresi, apalagi jika tidak mendapatkan dukungan dari orang sekitarnya. 
  • Obat: Ternyata, penggunaan beberapa jenis obat dapat menyebabkan depresi sebagai efek samping. Bukan hanya zat di dalam obat saja yang memungkinkan menyebabkan depresi, ditemukan juga zat dengan efek sama pada alkohol.
  • Kepribadian: Orang yang mudah kewalahan saat mengalami suatu kesulitan dalam hidup, umumnya lebih rentan terkena depresi.
  • Gangguan hormon: Masalah ini sering terjadi selama masa kehamilan. Biasanya wanita akan lebih sensitif misalnya mudah menangis, tersinggung, dan overthinking. Pada kondisi lain, seseorang yang memiliki masalah tiroid, menopause, serta beberapa kondisi sejenis juga memiliki risiko tinggi mengalami depresi.
  • Masalah biologis: Pada dasarnya, pengidap depresi ada kemungkinan mengalami perubahan di otak. Hanya saja faktor ini belum diketahui secara pasti dan masih perlu penelitian lanjut untuk mengetahui penyebab utamanya. 

Pendampingan khusus remaja diperlukan untuk menekan meningkatnya kasus depresi pada remaja. Kurangnya perhatian, keluarga yang berantakan, sering dibentak, dan perilaku buruk lainnya sebaiknya tidak dilakukan orang tua kepada anaknya agar kesehatan mentalnya tetap
terjaga. 

Bagikan:
Novi Kurniasih

Novi Kurniasih

Content writer dari Purbalingga Jawa Tengah. Suka menulis motivation quote dan aware dengan mental health isu. Bekerja di dunia kepenulisan sejak tahun 2019.

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x